Jumat, 22 Januari 2010

gempa haiti


Syamsudin Prasetyo
Chuck DeMets
(dailymail.co.uk)

INILAH.COM

Jakarta – Gempa yang mengguncang Haiti menarik perhatian dunia karena paling merusak dalam dekade ini. Lalu mengapa gempa itu menelan korban yang sangat besar?

Gempa yang mengguncang Haiti minggu lalu digambarkan oleh Amerika Serikat sebagai krisis kemanusiaan terburuk dalam dekade terakhir, dengan estimasi jumlah korban yang meninggal dunia dalam rentang 50 ribu hingga 200 ribu jiwa.

Ahli geologi menjelaskan beberapa alasan mengapa gempa bumi itu menjadi sangat dahsyat, dan mengingatkan akan datangnya bahaya yang sama, karena tidak semua energi seismik yang tertahan dilepaskan saat terjadinya tragedi Haiti.

Gempa bumi berpusat di sumber yang sangat dangkal sehingga mengakibatkan waktu peringatan untuk keluar dari gedung lebih sedikit daripada gempa dalam.

Dan Port au Prince bangunannya tidak terbentuk dari batuan solid melainkan dari tanah, sehingga sangat rentan ketika ada goyangan. Akhirnya standar bangunan yang tidak tahan terhadap gempa besar menjadi salah satu alasan utama.

Beda dengan gempa yang terjadi di California, yang jumlah korban jiwanya lebih kecil. “Bangunan yang lebih baik akan menyelamatkan lebih banyak nyawa,” uja Chuck DeMets, Ahli Geologi Tektonik dari Universitas Wisconsin Madison.

Sebuah perbandingan dengan dua gempa bumi yang hampir sama memberikan latar belakang terhadap pernyataan tersebut. Dua gempa terjadi di dua wilayah dengan populasi padat penduduk, tetapi mereka memiliki perbedaan struktur bangunan.

Pada tahun 1988, gelombang gempa Spitak sebesar 6,9 SR menghantam Armenia dan menelan lebih dari 25 ribu nyawa. Kontras dengan gempa sebesar 7,1 SR Loma Prieta di California pada tahun 1989 yang hanya menyebabkan kematian sebanyak 63 jiwa. “Perbedaan jumlah kematian fatal diilustrasikan dari efek standar bangunan yang dapat menyelamatkan nyawa manusia,” ujar DeMets.

Bangunan bertingkat-tingkat yang sulit di Port au Prince terbukti sebagai jebakan kematian ketika gempa melanda. “Bangunan yang rapuh dan tidak fleksibel, membuat rantai malapetaka ketika gempa melanda,” ujar Ian Main, Seismolog Universitas Edinburgh Inggris.

Dan dampak gempa menjadi berlipat ganda karena sumber gempa yang sangat dangkal dan dekat. “Dengan gempa dalam maka gelombang utama datang terlebih dahulu, memberikan sedikit peringatan sebelum potongan gelombang utama yang datang dari kedua sisi hadir,” ujar Uri ten Brink, Ahli Gempa Karibia dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat di Woods Hole Massachusetts. Di Haiti letak episentrumnya sangat dekat dengan permukaan di mana gelombang utama dan potongan hadir hampir di waktu yang bersamaan.

Jadi bangunan macam apa yang bisa bertahan terhadap jenis gempa tersebut?. “Ilmuwan menggunakan material yang lebih fleksibel dengan kapasitas terintegrasi untuk menyerap dampak kerusakan gempa,” ujar Main.

“Hal ini termasuk penyerap guncangan berbasis isolasi di lantai pertama, untuk membantu mencegah atau meminimalisir potongan dinamis dan gerakan berputar.”

Memodifikasi bangunan konvensional untuk membuat menjadi tahan gempa sangatlah mahal, tetapi mengkonstruksi bangunan baru yang tahan guncangan lebih murah.

“Bangunan tahan terhadap aktivitas seismik menghabiskan beberapa persen lebih banyak material dan membutuhkan bantuan desainer, tetapi mereka tidak terlampau berbeda jauh dengan bangunan yang biasanya ada di Haiti,” ujar Main.[ito]

0 komentar:

Dimana ya ?

 
Powered by Blogger