Sabtu, 02 Januari 2010

pejuang itu telah pergi,






Dokumen Detiknews

Kairo
- Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur selama menimba ilmu Kajian Islam dan Bahasa Arab pada Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1964-1966), juga meninggalkan banyak kenangan.

Kenangan pada Gus Dur itu diangkat kembali dalam acara salat ghaib dan tahlilan yang diadakan oleh KBRI Kairo pada 31/12/2009 pukul 15.00 waktu setempat di Wisma Duta.

Salat gaib untuk Gus Dur berlangsung seusai salat Ashar dengan mendapat kehormatan bertindak selaku imam adalah Direktur Asrama Mahasiswa al-Azhar (Madinat Al-Buuts Al-Islamiyah) Syeikh Abdul Mun’im Faudah, diikuti 100 mahasiswa dan keluarga besar KBRI Kairo.

Syeikh Abdul Mun’im mengenang bahwa Gus Dur adalah ibnu Madinat Al-Buuts Al-Islamiyah, putera Asrama Mahasiswa Al-Azhar tersebut yang tumbuh cerdas, demikian seperti dituturkan Konselor Fungsi Penerangan dan Sosial-Budaya KBRI Kairo Iwan Wijaya M kepada detikcom Kamis petang.

Selama belajar di Al-Azhar, Gus Dur muda juga sambil bekerja pada rentang 1964-1966 di Bidang Protokol dan Konsuler KBRI Kairo.

Duta Besar RI untuk Mesir A.M. Fachir menekankan bahwa ketekunan Gus Dur menuntut ilmu di luar negeri dan mau bekerja itu patut menjadi contoh bagi pemuda dan pelajar Indonesia, agar para pemuda dapat meneruskan cita-cita membangun bangsa dan negara.

Ketika menjadi presiden, Gus Dur tak lupa Mesir dan melakukan kunjungan kerja ke negeri yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya itu sebanyak dua kali. Kunjungan pertama pada Juni 2000 dalam rangka menghadiri KTT Kelompok 5 ke-10. Kunjungan kedua adalah pada Februari 2001 untuk menghadiri KTT Delapan Negara-negara Islam (D-8).

"Saya menyimpan banyak kenangan pada masa saya tinggal di Mesir, saat belajar di al-Azhar. Kenangan yang saya banggakan dan tak akan saya lupakan sebagaimana saya tak melupakan jasa Mesir," kenang Dubes Fachir, mengutip ucapan Gus Dur kala itu.

"Masa-masa itu adalah saat yang paling penting dalam hidup saya, sebab saat itu merupakan masa pembentukan kepribadian. Saya lahir tahun 1940 dan saat di Mesir itu saya in the prime of life. Masa pembentukan kepribadian saya adalah di Mesir, maka saya merasa bahagia setiap kali berkunjung ke Mesir," lanjut Fachir, mengenang kata-kata cucu Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari itu.

Fachir menegaskan bahwa Gus Dur lebih dari sekadar mantan seorang presiden bagi bangsa Indonesia. "Beliau adalah guru bangsa, yang kiprahnya patut menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia," demikian Fachir.

Para mahasiswa yang hadir merasa terinspirasi oleh jejak perjalanan Gus Dur. Hingga kini mahasiswa Indonesia menjadi penghuni terbesar di asrama Al-Azhar Buuts yang pernah dihuni Gus Dur itu, yakni 450 mahasiswa putera dan 87 mahasiswa puteri.

0 komentar:

Dimana ya ?

 
Powered by Blogger